Selasa, 07 Juni 2011

Kadar Bakteri E-coli 2.400 PPM, Desa Gandurejo KLB Diare

TEMANGGUNG--MICOM: Status Desa Gandurejo, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, hingga Selasa (7/6), masih dinyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit diare. Sebab korban penyakit tersebut terus berjatuhan.

Setelah dilakukan pengambilan sampel air dan diteliti di laboratorium, ternyata kandungan bakteri E-coli di sumber air desa itu mencapai 2.400 ppm. Jumlah ini melebihi batas normal, yakni antara 40 hingga 100 ppm.

Tingginya kadar E-coli lantaran di sekitar daerah resapan sumber air belum dilapisi semen secara permanen sehingga bakteri dengan mudah masuk ke dalam air. Sumber air itu dibeli warga Gandurejo dari desa lain, lalu dialirkan melalui paralon ke rumah-rumah warga.

Kepala Seksi (Kasi) Pengamatan dan Pencegahan Penyakit (P2P) Bidang Pengamatan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Temanggung, Sukamsih, mengatakan KLB Diare di Desa Gandurejo itu sudah dinyatakan sejak 23 April 2011 lalu. Ketika itu, sebanyak 68 orang warga terserang penyakit diare.

"Puncaknya KLB selama Mei. Sampai sekarang status kondisi KLB diare belum berakhir karena penderita masih ada. Sampai saat ini yang terdata di kami sejak akhir April hingga awal Juni ini sudah ada 71 orang penderita. Itu yang berobat ke Puskesmas Bulu. Tapi mungkin juga banyak yang tidak berobat ke puskesmas sehingga tidak terdata di kami," ujar Sukamsih, Selasa (7/6).

Dari puluhan penderita tersebut, kata Sukamsih, sudah banyak yang sembuh. Soalnya, pihak Dinkes telah memberikan penanganan, antara lain dengan pemberian oralit dan kaporisasi pada sumber air.

Selain itu, penyuluhan perihal kebersihan juga terus diberikan pada warga. Tim Penyehatan Lingkungan dari Dinkes setempat disiagakan di desa itu agar lebih cepat memberikan penanganan jika muncul penderita baru.

"Hanya saja karena daerah resapan sumber air itu belum dilapisi semen permanen, kondisi air masih buruk. Hal ini memungkinkan warga bisa terkena diare lagi karena masih mengonsumsi air itu. Sedangkan untuk penanganan permanen sumber air perlu biaya mahal. Jadi sebaiknya warga berhati-hati. Tapi untuk sementara sudah dilakukan kaporisasi jadi bisa mencegah," kata Sukamsih.