Selasa, 20 September 2016

ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Oleh: Muhamad Syamsudin

Ontologi Filsafat Pendidikan
Ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang ada.[1]
Dalam konsep filsafat ilmu Islam, segala sesuatu yang ada ini meliputi yang nampak dan yang tidak nampak (metafisis). Filsafat pendidikan Islam bertitik tolak pada konsep the creature of God, yaitu manusia dan alam. Sebagai pencipta, maka Tuhan telah mengatur di alam ciptaan-Nya. Pendidikan telah berpijak dari human sebagai dasar perkembangan dalam pendidikan. Ini berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah transformasi pendidikan.[2]
Pandangan ontologi menjadi hal utama dalam pendidikan Islam, sebab anak didik/peserta didik bergaul dengan dunia lingkungannya dan mempunyai dorongan kuat untuk mengerti sesuatu. Peserta didik Islam, baik di masyarakat maupun di sekolah selalu menghadapi realita, obyek pengalaman : benda mati, benda hidup. Bagaimana pandangan relegius mengenai makhluk hidup yang berakhir dengan kematian, bagaimana kehidupan dan kematian itu dapat dimengerti. Begitu pula realitas semesta, eksistensi manusia yang memiliki jasmani dan rohani, bahkan bagaimana sebenarnya eksistensi Tuhan Maha Pencipta[3]
Yang menjadi dasar kajian atau dalam istilah lain sebagai objek kajian (ontologi) filsafat pendidikan Islam seperti yang termuat di dalam wahyu adalah mengenai pencipta (khalik), ciptaan-Nya (makhluk), hubungan antar ciptaan-Nya, dan utusan yang menyampaikan risalah pencipta (rasul). Dalam hal ini al-Syaibany mengemukakan bahwa prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan tentang alam raya meliputi dasar pemikiran:
1.      Pendidikan dan tingkah laku manusia serta akhlaknya selain dipengaruhi oleh lingkungan sosial dipengaruhi pula oleh lingkungan fisik (benda-benda alam).
2.      Lingkungan dan yang termasuk dalam alam raya adalah segala yang diciptakan oleh Allah SWT baik makhluk hidup maupun benda-benda alam.
3.      Setiap wujud (keberadaan) memiliki dua aspek, yaitu materi dan roh.
4.      Alam senantiasa mengalami perubahan menurut ketentuan aturan pencipta.
5.      Alam merupakan sarana yang disediakan bagi manusia untuk meningkatkan kemampuan dirinya.
Dengan demikian, implikasi pandangan ontologi dalam dunia pendidikan Islam adalah bahwa dunia pengalaman manusia, termasuk peserta didik yang harus memperkaya kepribadian bukanlah hanya dalam raga dan isinya dalam arti pengalaman sehari-hari, melainkan sebagai sesuatu yang tak terbatas, realitas fisik, spritual yang tetap dan yang berubahubah (dinamis).

Epistemologi Filsafat Pendidikan Islam
Epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang pengetahuan dan cara memperolehnya. Dengan kata lain, epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang menyoroti atau membahas tentang tata cara, teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan. [4]
Adapun tata cara, teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan adalah dengan metode non-ilmiah, metode ilmiah, dan metode problem solving.
Pengetahuan yang diperoleh dengan metode non- ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara penemuan secara kebetulan; untung-untungan (trial and error); akal sehat (common sense); prasangka; otoritas (kewibawaan); dan pengalaman biasa.
Metode ilmiah adalah cara memperoleh pengetahuan melalui pendekatan deduktif dan induktif.
Sedangkan metode problem solving adalah memecahkan masalah dengan cara mengidentifikasi permasalahan, merumuskan hipotesis; mengumpulkan data; mengorganisasikan dan menganalisis data; menyimpulkan dan conclusion; melakukan verifikasi, yakni pengujian hipotesis. Tujuan utamanya adalah untuk menemukan teoriteori, prinsip-prinsip, generalisasi dan hukum-hukum. Temuan itu dapat dipakai sebagai basis, bingkai atau kerangka pemikiran untuk menerangkan, mendeskripsikan, mengontrol, mengantisipasi atau meramalkan sesuatu kejadian secara tepat.[5]

Metode epistemologi pendidikan Islam
Metode epistemologi pendidikan Islam adalah metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan tentang pendidikan Islam. Ada perbedaan antara metode epistemologi pendidikan Islam dengan metode penelitian pendidikan Islam. Metode epistemologi Islam lebih berada pada tataran pemikiran filosofis.
Sementara didapatkan lima macam metode yang secara efektif untuk membangun pengetahuan tentang pendidikan Islam, yaitu:
1.      Metode Rasional adalah metode yang dipakai untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria kebenaran yang bisa diterima rasio.
2.      Metode IntuitifMetode intuitif merupakan metode yang khas bagi ilmuan yang menjadikan tradisi ilmiah Barat sebagai landasan berfikir mengingat metode tersebut tidak pernah diperlukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Sebaliknya dikalangan Muslim seakan-akan ada kesepakatan untuk menyetujui intuisi sebagai satu metode yang sah dalam mengembangkan pengetahuan, sehingga mereka telah terbiasa menggunakan metode ini dalam menangkap pengembangan pengetahuan. Muhammad Iqbal menyebut intuisi ini dengan peristilahan “cinta” atau kadang-kadang disebut pengalaman kalbu.
3.      Metode dialogis adalah upaya menggali pengetahaun pendidikan Islam yang dilakukan melalui karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua orang ahli atau lebih berdasarkan argumentasi-argumentasi yang bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
4.      Metode komparatif adalah metode memperoleh pengetahuan (dalam hal ini pengetahuan pendidikan Islam, baik sesama pendidikan Islam maupun pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya). Metode ini ditempuh untuk mencari keunggulan-keunggulan maupun memadukan pengertian atau pemahaman, supaya didapatkan ketegasan maksud dari permasalahan pendidikan.
5.      Metode kritik yaitu sebagai usaha untuk menggali pengetahuan tentang pendidikan Islam degan cara mengoreksi kelemahan-kelemahan suatu konsep atau aplikasi pendidikan, kemudian menawarkan solusi sebagai altrnatif pemecahannya.

Aksiologi Filsafat Pendidikan Islam
Landasan aksiologi adalah berhubungan dengan penggunaan ilmu tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia berikut manfaatnya bagi kehidupan manusia. sementara definisi aksiologi sebagai suatu pemikiran tentang masalah nilai- nilai termasuk nilai tinggi dari Tuhan, misalnya nilai moral, nilai agama, dan nilai keindahan (estetika).
Macam-macam nilai dalam aksiologi. Brameld dalam Syom (1988) membagi nilai dalam aksiologi menjadi:
1.        Moral conduct, tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu Ethika.
2.        Esthetic expression, ekspresi keindahan, yang melahirkan Esthetika,.
3.        Sociopolical life, kehidupan sosiopolitik, yang melahirkan ilmu filsofat sosio-politik.
Implikasi aksiologi dalam dunia pendidikan adalah menguji dan mengintegrasikan nilai tersebut dalam kehidupan manusia dan membinakannya dalam kepribadian anak didik.



[1] Mohammad Adib. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epitemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 69
[2] Ibid’
[3] Muhammad Yusri. Ontopologi, Episteminologi dan Aksiologi Filsafat Pendidikan Islam, hal 74-75
[4] Ibid'.
[5] Ibid’.

Kamis, 15 September 2016

PENDEKATAN-PENDEKATAN KAJIAN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Oleh: Muhamad Syamsudin

Dalam melakukan studi tentang Falsafah Pendidikan Islam dituntut penguasaan ilmu pengetahuan yang melengkapi dan tentunya dapat menjadi sumber potensi rujukan pemikiran pemikir bidang tersebut, yang meliputi sekurang-kurangnya sebagai berikut:
a.         Ilmu agama islam yang luas dan mendalam.
b.        Ilmu pengetahuan tentang kebudayaan islam yang umum serta sejarahnya, Filsafat islam yang umum serta ilmu-ilmu cabang kefilsafatan yang kontemporer pada saat ini.
c.         Ilmu tentang manusia, seperti psikologi dalam segala cabangnya yang relevan dengan pendidikan, serta mengenai perkembangan hidup manusia.
d.        Sciense dan teknologi yang terutama berkaitan dengan pengembangan hidup orang banyak yang berpengaruh terhadap pengembangan pendidikan, misalnya teknologi pendidikan.
e.         Ilmu tentang metode pendidikan dan riset pendidikan.
f.         Pengalaman tentang teknik-teknik operasional kependidikan dalam masyarakat.
g.        Ilmu pengetahuan tentang kemasyarakatan, terutama sosialogi pendidikan.
h.        Ilmu tentang kemanusiaan lainnya, seperti antropologi budaya, ekologi, dan sebagainya.
i.          Ilmu tentang teori kependidikan atau pedagogis.
Dengan menguasai disiplin ilmu di atas maka seorang pemikir dalam bidang pendidikan dapat merumuskan dan juga mengarahkan pendidikan tersebut kesuatu tujuan penciptaan manusia dimuka bumi ini yaitu sebagai hamba Allah dan juga sebagai Khalifah fi Al_ardhi.
Selanjutnya menurut Harry Schofield sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam Bernadib dalam bukunya filsafat pendidikan, menekankan bahwa ada dua pendekatan dalam studi filsafat pendidikan islam yaitu:
a.         Pendekatan Filsafat Historis
Dengan pendekatan filsafat historis yaitu dengan cara melakukan deteksi dari pertanyaan-pertanyaan filosofis yang diajukan, mana-mana yang telah mendapat jawaban dari para ahli sepanjang sejarah. Dalam sejarahnya filsafat telah berkembang dalam bentuk sistematika, jenis-jenis dan aliran-aliran filsafat yang tertentu. Oleh karena itu, kalau diajukan pertanyaan-pertanyaan tentang berbagai macam masalah filosofis dalam bidang pendidikan, jawabannya melekat pada masing-masing system, jenis dan aliran-aliran filsafat tersebut. Dari sekian jawaban tersebut, kemudian dipilih jawaban mana yang sesuai dan dibutuhkan.
Dengan kita menganalisa sejarah perkembangan filsafat, khususnya filsafat pendidikan Islam maka kita akan melihat pemikiran-pemikiran filosof sebelumnya, yang mana kita ketahui banyak aliran-aliran yang timbul pada lapangan filsafat ini. Berbedanya pemikiran-pemikiran dari kalangan tokoh filsafat ini, lebih disebabkan oleh pandangan dan pijakan mereka terhadap pendidikan itu sendiri. Maka dengan menganalisa pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh filsafat kita dapat mengambil suata pelajaran ataupun suatu kesimpulan corak pendidikan mana yang sesuai dengan pendidikan kita pada masa sekarang ini.

b.        Pendekatan dengan Menggunakan Filsafat Kritis
Adapun yang dimaksud dengan cara pendekatan filsafat kritis, dimaksudkan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan filosofis dan diusahakan jawabannya secara filosofis pula, dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan filosofis.
Schofield  mengemukakan ada dua cara analisa pokok dalam pendekatan filsafat kritis yaitu:
1)      Analisa Bahasa Linguistik.
Analisa Bahasa adalah suatu usaha mengadakan interpretasi yang menyangkut pendapat-pendapat mengenai makna yang dimilikinya.Atau dengan kata lain analisa bahasa digunakan untuk mengetahui arti yang sesungguhnya dari sesuatu.
2)      Analisa konsep
Analisa konsep adalah suatu analisa mengenai istilah-istilah yang mewakili gagasan atau konsep.
Adapun metode atau pendekatan atau yang dipakai Filsafat Pendidikan Islam dalam memecahkan persoalan-persoalan pendidikan adalah:
a)      Metode spekulatif dan kontemplatif yang merupakan metode utama dalam setiap cabang filsafat. Kontemplatif atau tafakur adalah berfikir secara mendalam dalam situasi yang tenang dan sunyi untuk mendapatkan kebenaran tentang hakikat sesuatu yang dipikirkan.
b)      Pendekatan normative berarti aturan atau hukum-hukum. Norma menunjukkan keteraturan suatu system. Nilai juga menunjukkan baik buruk, berguna tidak bergunanya sesuatu. Norma juga akan menunjukkan arah gerak sesuatu aktivitas.
c)      Pendekatan ilmiah terhadap masalah actual, pada hakikatnya merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari pola berfikir rasional, empiris dan eksprimental yang telah berkembang pada masa jayanya filsafat Islam.

d)     Pendekatan yang bersifat komprehensip dan terpadu antara sumber-sumber naqli, akli dan imani.

Download disini

Rabu, 14 September 2016

RUANG LINGKUP DAN KEGUNAAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


Oleh: Muhamad Syamsudin

Pada dasarnya ruang lingkup kajian Filsafat Pendidikan Islam bertumpu pada pendidikan islam itu sendiri, baik menyangkut rumusan/konsep dasar pelaksanaan maupun rumusan pikiran antisipatif mengatasi problematika yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan Islam.[1]
Dimana arah dan ruang lingkup Filsafat Pendidikan Islam mempunyai dua orientasi; objektif teoritis dan objektif praktis. Orientasi pertama menghendaki penelitian agama agar bersifat murni dan teoritis melalui bidang-bidang berikut:
1.        Tradisi agama yang mencakup sumber-sumber ajaran agama yang diyakini sebagai sumber kebenaran abadi.
2.        Bidang yang mencakup dasar-dasar eksistensi agama yang dapat dilakukan dengan pendekatan teologis
3.        Bidang yang menyangkut prilaku kegamaan dan aturan-aturan agama yang mengatur bagaimana pemeluk agama harus berrilaku sesuai dengan ajaran agamanya
4.        Bidang eksperimen atau pengalaman keagamaan, baik pengalaman pribadi maupun masyarakat penganut agama.[2]
Dengan adanya pendidikan ini maka dapat diketahui bakat dan kemampuan anak-anak didik, sehingga bakat dan kemampuan tersebut dapat di bina dan dikembangkan. Dan menjadi tugas seorang pendidik utnuk membntu anak didik untuk mengetahui bakat dan kemampuannya. Di samping itu, pendidik juga berkewajiban untuk menemukan kesulitan-kesulitan yang membatasi perkembangan potensinya serta membantu menghilangkan hambatan itu untuk mencapai kemajuan anak didik.[3]
Dalam rangka menggali, menyusun, dan mengembangkan fikiran kefilsafatan tentang pendidikan terutama pendidikan islam, kiranya perlu di ikuti pola dan sistem pemikiran dan kefilsafatan pada umumnya.
Adapun pola dan sistem pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah sebagai berikut.
1.        Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti bahwa cara berfikirnya bersifat logis dan rasional tentang hakikat permasalahan yang dihadapi. Hasil pemikirannya tersusun secara sistematis artinya satu bagian dengan bagian yang lainnya saling berhubungan secara bulat dan terpadu.
2.        Tinjauan terhadap permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal artinya menyangkut persoalan-persoalan sampai ke akar-akarnya.
3.        Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal, artinya persoalan-persoalan yang difikirkan mencakup hal-hal yang menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tignkat kenyataan yang ada di alam ini, termasuk kehidupan umat manusia, baik di masa sekarang maupun di masa mendatang.
4.        Meskipun pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif , artinya pemikiran yang tidak di dasari pembuktian-pembuktian empiris atau eksperimental (seperti dalam ilmu alam), tetapi mengandung nilai-nilai objektif, oleh karena permasalahannya adalah suatu realitas (kenyaaan) yang ada pada objek yang difikirnkannya. [4]

Download disini




[1] H. Ahmad Syar’I M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam. (cetakan ke 1; Jakarta. Pustaka Firdaus, 2005) h.9
[2] Prof. Dr. Juhaya S. Praja, Filsafat dan Metodologi Ilmu Dalam Islam. (cetakan ke 1; Jakarta. Teraju, 2002) h.13
[3] H. Ahmad Syar’I M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam. (cetakan ke 1; Jakarta. Pustaka Firdaus, 2005) h.15
[4] Prof. H. Muzayyin Arifin, M.Ed, Filsafat Pendidikan Islam (cetakan ke 3; Jakarta. Bumi Aksara, 2005) h.7

Kamis, 08 September 2016

DESCRIPTION OF SUKUN CHIPS

Sukun is a crop alternative in Indonesia since 1920, initially these plants are not widely grown people, but now it is popular because it can be made a variety of food variegated from sukun for example: sukun fried, sukun getuk, sukun compote, sukun cake, sukun noodles, sukun klepon, sukundodol, sukun balls, sukun apemand raw material ofPekempek (typical food of Palembang) and others.
Because the food is made sukun flour then this show is very useful for human life. Right now sukun seeds amid much sought people to plant trees, because of their cropping is relatively easy, the production of the fruit is good and the benefits of fruit can be consumed for a variety of meals and selling price of fruit is beneficial and many other advantages that make a public appeal because sukun can make alternative food instead of rice.[1]
Hence the usefulness of sukun plants are quite a lot of benefits as mentioned above are in most rural areas Tulungagung. But by the late sukun chips popularity began to decline. This is evident from the recognition of one seller of breadfruit chips in traditional markets ngrance.
Untuk lebih lengkapnya silahkan download disini




[1] Ella Yulanda, dkk, “Peluang usaha kripik sukun”, http://ranupatjeh7.blogspot.co.id/2014/12/makalah-peluang-usaha-keripik-sukun.html, pada tanggal 18 Agustus 2016 pukul 17.00