Oleh: Muhamad Syamsudin
Ontologi
Filsafat Pendidikan
Ontologi
dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang ada.[1]
Dalam
konsep filsafat ilmu Islam, segala sesuatu yang ada ini meliputi yang nampak
dan yang tidak nampak (metafisis). Filsafat pendidikan Islam bertitik tolak
pada konsep the creature of God, yaitu manusia dan alam. Sebagai pencipta, maka
Tuhan telah mengatur di alam ciptaan-Nya. Pendidikan telah berpijak dari human
sebagai dasar perkembangan dalam pendidikan. Ini berarti bahwa seluruh proses
hidup dan kehidupan manusia itu adalah transformasi pendidikan.[2]
Pandangan
ontologi menjadi hal utama dalam pendidikan Islam, sebab anak didik/peserta
didik bergaul dengan dunia lingkungannya dan mempunyai dorongan kuat untuk
mengerti sesuatu. Peserta didik Islam, baik di masyarakat maupun di sekolah
selalu menghadapi realita, obyek pengalaman : benda mati, benda hidup.
Bagaimana pandangan relegius mengenai makhluk hidup yang berakhir dengan kematian,
bagaimana kehidupan dan kematian itu dapat dimengerti. Begitu pula realitas
semesta, eksistensi manusia yang memiliki jasmani dan rohani, bahkan bagaimana
sebenarnya eksistensi Tuhan Maha Pencipta[3]
Yang
menjadi dasar kajian atau dalam istilah lain sebagai objek kajian (ontologi)
filsafat pendidikan Islam seperti yang termuat di dalam wahyu adalah mengenai
pencipta (khalik), ciptaan-Nya (makhluk), hubungan antar ciptaan-Nya, dan
utusan yang menyampaikan risalah pencipta (rasul). Dalam hal ini al-Syaibany
mengemukakan bahwa prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan tentang alam
raya meliputi dasar pemikiran:
1. Pendidikan
dan tingkah laku manusia serta akhlaknya selain dipengaruhi oleh lingkungan
sosial dipengaruhi pula oleh lingkungan fisik (benda-benda alam).
2. Lingkungan
dan yang termasuk dalam alam raya adalah segala yang diciptakan oleh Allah SWT
baik makhluk hidup maupun benda-benda alam.
3. Setiap
wujud (keberadaan) memiliki dua aspek, yaitu materi dan roh.
4. Alam
senantiasa mengalami perubahan menurut ketentuan aturan pencipta.
5. Alam
merupakan sarana yang disediakan bagi manusia untuk meningkatkan kemampuan
dirinya.
Dengan
demikian, implikasi pandangan ontologi dalam dunia pendidikan Islam adalah
bahwa dunia pengalaman manusia, termasuk peserta didik yang harus memperkaya
kepribadian bukanlah hanya dalam raga dan isinya dalam arti pengalaman
sehari-hari, melainkan sebagai sesuatu yang tak terbatas, realitas fisik, spritual
yang tetap dan yang berubahubah (dinamis).
Epistemologi
Filsafat Pendidikan Islam
Epistemologi
adalah ilmu yang membahas tentang pengetahuan dan cara memperolehnya. Dengan
kata lain, epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang menyoroti atau
membahas tentang tata cara, teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan
keilmuan. [4]
Adapun
tata cara, teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan adalah dengan
metode non-ilmiah, metode ilmiah, dan metode problem solving.
Pengetahuan
yang diperoleh dengan metode non- ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh
dengan cara penemuan secara kebetulan; untung-untungan (trial and error); akal
sehat (common sense); prasangka; otoritas (kewibawaan); dan pengalaman biasa.
Metode
ilmiah adalah cara memperoleh pengetahuan melalui pendekatan deduktif dan
induktif.
Sedangkan
metode problem solving adalah memecahkan masalah dengan cara mengidentifikasi
permasalahan, merumuskan hipotesis; mengumpulkan data; mengorganisasikan dan
menganalisis data; menyimpulkan dan conclusion; melakukan verifikasi, yakni
pengujian hipotesis. Tujuan utamanya adalah untuk menemukan teoriteori,
prinsip-prinsip, generalisasi dan hukum-hukum. Temuan itu dapat dipakai sebagai
basis, bingkai atau kerangka pemikiran untuk menerangkan, mendeskripsikan,
mengontrol, mengantisipasi atau meramalkan sesuatu kejadian secara tepat.[5]
Metode
epistemologi pendidikan Islam
Metode
epistemologi pendidikan Islam adalah metode yang digunakan untuk memperoleh
pengetahuan tentang pendidikan Islam. Ada perbedaan antara metode epistemologi
pendidikan Islam dengan metode penelitian pendidikan Islam. Metode epistemologi
Islam lebih berada pada tataran pemikiran filosofis.
Sementara
didapatkan lima macam metode yang secara efektif untuk membangun pengetahuan
tentang pendidikan Islam, yaitu:
1. Metode
Rasional adalah metode yang dipakai untuk memperoleh pengetahuan dengan
menggunakan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria kebenaran yang
bisa diterima rasio.
2. Metode
IntuitifMetode intuitif merupakan metode yang khas bagi ilmuan yang menjadikan
tradisi ilmiah Barat sebagai landasan berfikir mengingat metode tersebut tidak
pernah diperlukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Sebaliknya dikalangan
Muslim seakan-akan ada kesepakatan untuk menyetujui intuisi sebagai satu metode
yang sah dalam mengembangkan pengetahuan, sehingga mereka telah terbiasa
menggunakan metode ini dalam menangkap pengembangan pengetahuan. Muhammad Iqbal
menyebut intuisi ini dengan peristilahan “cinta” atau kadang-kadang disebut
pengalaman kalbu.
3. Metode
dialogis adalah upaya menggali pengetahaun pendidikan Islam yang dilakukan
melalui karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua orang
ahli atau lebih berdasarkan argumentasi-argumentasi yang bisa dipertanggung
jawabkan secara ilmiah.
4. Metode
komparatif adalah metode memperoleh pengetahuan (dalam hal ini pengetahuan
pendidikan Islam, baik sesama pendidikan Islam maupun pendidikan Islam dengan
pendidikan lainnya). Metode ini ditempuh untuk mencari keunggulan-keunggulan
maupun memadukan pengertian atau pemahaman, supaya didapatkan ketegasan maksud
dari permasalahan pendidikan.
5. Metode
kritik yaitu sebagai usaha untuk menggali pengetahuan tentang pendidikan Islam
degan cara mengoreksi kelemahan-kelemahan suatu konsep atau aplikasi
pendidikan, kemudian menawarkan solusi sebagai altrnatif pemecahannya.
Aksiologi
Filsafat Pendidikan Islam
Landasan
aksiologi adalah berhubungan dengan penggunaan ilmu tersebut dalam rangka
memenuhi kebutuhan manusia berikut manfaatnya bagi kehidupan manusia. sementara
definisi aksiologi sebagai suatu pemikiran tentang masalah nilai- nilai
termasuk nilai tinggi dari Tuhan, misalnya nilai moral, nilai agama, dan nilai
keindahan (estetika).
Macam-macam
nilai dalam aksiologi. Brameld dalam Syom (1988) membagi nilai dalam aksiologi
menjadi:
1.
Moral conduct, tindakan moral, bidang
ini melahirkan disiplin khusus yaitu Ethika.
2.
Esthetic expression, ekspresi keindahan,
yang melahirkan Esthetika,.
3.
Sociopolical life, kehidupan sosiopolitik,
yang melahirkan ilmu filsofat sosio-politik.
Implikasi aksiologi
dalam dunia pendidikan adalah menguji dan mengintegrasikan nilai tersebut dalam
kehidupan manusia dan membinakannya dalam kepribadian anak didik.